Mismatched Talents and Industry Needs of IT Workforce in Small and Medium Enterprises (SMEs)

Authors

  • Wida Reza Hardiyanti Idealyst Research and Consulting; Master Student of Faculty of Economics and Business, Gadjah Mada University, Indonesia
  • Evi Noor Afifah Universitas Gadjah Mada
  • Muhammad Khairil Anwar Idealyst Research and Consulting; Faculty of Economy and Management, Open University, Indonesia

Keywords:

cluster, analisis data , tenaga kerja IT, pemrograman, keterampilan

Abstract

Pendahuluan: Penelitian ini bertujuan untuk menilai kebutuhan tenaga kerja TI dan mengusulkan solusi untuk mengatasi masalah ketidaksesuaian keterampilan di Usaha Kecil dan Menengah (UKM). Latar Belakang Masalah: Meningkatnya permintaan akan keterampilan TI spesifik di Indonesia, seperti analis data , pemasar digital, dan pakar keamanan siber, telah menciptakan kesenjangan tenaga kerja yang signifikan. Namun, ketersediaan profesional TI gagal memenuhi permintaan ini. Hal ini memberikan peluang untuk meningkatkan keterampilan TI dan mendukung transformasi digital di UKM. Hal baru: Penelitian yang berfokus pada mengatasi kesenjangan keterampilan TI spesifik di Indonesia dan implikasinya terhadap UKM masih terbatas. Dengan menyoroti meningkatnya permintaan akan tenaga profesional TI dan menekankan kekurangan tenaga kerja yang ada, hal ini dapat menarik perhatian pada masalah inti dan memberikan solusi atas kesenjangan keterampilan TI. Metode Penelitian: Penelitian ini menggunakan kombinasi metodologi kuantitatif dan kualitatif. Pendekatan kuantitatif melibatkan pelaksanaan survei untuk menganalisis persyaratan keterampilan teknis UKM. Di sisi lain, metodologi kualitatif memerlukan pengumpulan wawasan yang lebih rinci dan komprehensif melalui metode Wawancara Informan Kunci (KII). Temuan/Hasil: badan usaha yang paling banyak membutuhkan tambahan tenaga kerja IT adalah badan usaha multisektor (5 sampai 6 orang) dan jasa elastis (4 orang). Di sisi lain, sektor konstruksi, akomodasi dan makanan, serta sektor jasa pendidikan tertentu memerlukan lebih sedikit personel TI (rata-rata 1 orang). Keterampilan yang saat ini sulit diperoleh perusahaan berbeda-beda di setiap cluster sesuai dengan jenis sektornya, namun secara umum, keahlian dalam pengembangan perangkat lunak dengan perintah JavaScript sangat dibutuhkan. Perusahaan di klaster 2 (Bandung dan Cirebon) memilih kolaborasi pihak ketiga untuk menghemat biaya staf TI. Tantangannya mencakup negosiasi upah yang sulit, kurangnya kebijakan kerja jarak jauh, serta masalah perilaku dan profesionalisme, khususnya bagi lulusan baru. Perusahaan-perusahaan di Cluster 1 (Malang dan Surabaya) kesulitan mendapatkan pekerja yang kompeten untuk menjalankan layanan e-commerce sepanjang waktu. Kesimpulan: Jumlah tenaga kerja IT masih kurang (2 sampai 3 orang). Sektor yang paling banyak membutuhkan tenaga kerja TI adalah bisnis multisektor, jasa, transportasi, pergudangan dan komunikasi, serta kesehatan. Misalnya, bisnis multisektor membutuhkan tambahan 5 hingga 6 pekerja IT, sedangkan sektor jasa membutuhkan 4 pekerja. Di sisi lain, layanan konstruksi, akomodasi dan makanan, serta layanan pendidikan tertentu hanya membutuhkan rata-rata 1 pekerja TI tambahan.

Downloads

Published

2024-01-02